Rabu, 10 November 2021

Kitab Fiqih 4 Mazhab - Bab Toharoh

كتاب الفقه على المذاهب الأربعة

تأليف عبد الرحمن الجزيري

 

كتاب الطهارة

Catatan Bersuci

تعريفها

Definisinya

معنى الطهارة في اللغة : النظافة والنزاهة عن الأقذار والأوساخ ، سواء كانت حسّية ، أو معنوية ، ومن ذلك ما ورد في الصحيح عن ابن عباس رضي الله عنهما ، أن النبي ﷺ کان إذا دخل على مريض قال : « لا بأس ، طهور إن شاء الله » ، والطهور كفطور ، المطهر من الذنوب فهو ﷺ يقول : إن المرض مطهر من الذنوب ، وهي أقذار معنوية ، ويقابل الطهارة النجاسة ، ومعناها في اللغة : كل شيء مستقذر ، حسياً كان ، أو معنوياً فيقال للآثام : نجاسة وإن كانت معنوية ، وفعلها : نجس « بفتح الجيم وضمها وكسرها » ينجس « بفتح الجيم وضمها » نجاسة ، فهو نجس . ونجس « بكسر الجيم وفتحها » ، ومن المفتوح قوله تعالى : « إنما المشركون نجس » .

 
Arti kata kesucian dalam bahasa : bersih dan suci dari kotor dan najis, sama pengertiannya, atau yang tidak ada fisiknya, Dan dari demikian itu yang disebutkan dalam hadist shahih dari Ibnu Abbas RA, Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda ketika menjenguk orang sakit : "Tidak berbahaya (tidak apa-apa), insya Allah suci", dan bersih secara teratur, yang membersihkan dari dosa maka nabi bersabda : sesungguhnya sakit itu pelebur dosa, dan itu kotor yang tidak ada fisiknya, dan bertemunya suci pada najis, Dan artinya dalam bahasa : setiap segala sesuatu yang kotor, ada bentuknya (fisiknya), atau maknanya dikatakan dosa : najis dan walau tidak ada fisiknya, Dan kata kerja: نجس « Dengan fathah Jim dhammah dan kasrah » ينجس « Dengan fathah Jim dan dhammah » نجاسة , maka itu najis, dan نجس « Dengan kasrah Jim fathah » dan di buka pada firman Allah : « Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis » .

 

أما تعريف الطهارة والنجاسة في اصطلاح الفقهاء ، ففيه تفصيل المذاهب ( ۱ ) .

 
Adapun pengertian suci dan najis menurut istilah para fuqaha, maka didalam detail pemikiran para mazhab-mazhab.

 

أما تعريف الحنفية قالوا : الطهارة شرعاً النظافـة عن حدث . أو خبث ، فقـولهم : النظافـة يشمل مـا إذا نظفها الشخص ، أو نظفت وحدها ، بأن سقط عليها ماء فأزالها ، وقولهم : عن حدث يشمـل الحدث الأصغر ، وهو ما ينافي الوضوء من ريح ونحوه ، والحـذث الأكبر ، وهـو الجنابـة الموجبـة للغسل ، وقـد عرفوا الحدث بأنه وصف شرعي يحل ببعض الأعضاء . أو بالبدن كله فيزيل الطهارة ، ويقال له : نجاسة حكميـة ، بمعنى أن الشارع حكم بكـون الحدث نجاسة تمنع من الصلاة ، كمـا تمنع منهـا النجاسـة المحشة ، أما الخبث فمعناه في الشرع العين المستقذرة التي أمر الشارع بنظافتها .

 
Adapun definisi mazhab Hanafi mereka mengatakan: Kesucian di syariatkan untuk bersih dari hadas (tidak suci). Atau kotoran, maka mereka berkata: Kebersihan meliputi apakah seseorang membersihkannya, atau dibersihkan sendiri, jika air jatuh di atasnya dan mensucikannya. Dan perkataan mereka: Tentang hadas yang termasuk najis kecil, yang membatalkan wudhu seperti angin (kentut) dan sejenisnya, dan hadas besar, yaitu najis yang mengharuskannya mandi. Mereka mendefinisikan hadas tersebut sebagai deskripsi syariat yang halal (boleh) dari bagian anggota tubuh. Atau dengan seluruh tubuh dan itu menghilangkan kesucian, dan dikatakan kepadanya: kotoran hukumnya, artinya bahwa syariat memutuskan hadas tersebut adalah najis yang mencegah seseorang untuk sholat, seperti halnya kenajisan seorang penganiaya dicegah darinya. Adapun kedengkian dalam syariat berarti mata kotor yang diperintahkan oleh syariat dengan membersihkannya.

 

وبهـذا تعلم أن النجاسة تقابـل الطهـارة ، وأنها عبـارة عن مجموع أمـرين : الحدث . والخبث ، ولكن اللغة تطلقها على كل مستقذر ، سواء كـان حسياً ، كـالدم . والبـول . والعذرة . ونحوها ، أو كـان معنوياً ، كالذنوب ، أما الفقهاء فقد خصوا الحدث بالأمور المعنوية ، وهـو الوصف الشرعي الذي حكم الشارع بأنه حل في البدن كله عند الجنـابة أو في أعضـاء الوضـوء عند وجـود ناقض الوضوء من ريـح ونحوه ، وخصوا الخبث بالأمور العينية المستقذرة شرعاً ، كالدم . . . الخ .

 
Dan dengan ini diketahui bahwa najis bertemu dengan suci, dan bahwa itu adalah istilah bertemunya dua hal : Hadas. Dan kedengkian, dan tetapi bahasa itu berlaku untuk setiap yang najis, sama ada fisiknya, seperti darah. air kencing. dan alasannya. Dan sejenisnya, atau yang tidak ada fisiknya, seperti dosa. Adapun para fuqoha, mereka memisahkan hadas dengan yag tidak ada fisiknya. Dan merupakan gambaran hukum syariat yang telah ditetapkan oleh pembuat syariat bahwa wudhu itu larut dalam seluruh tubuh ketika najis atau di bagian-bagian wudhu ketika ada yang membatalkan wudhu seperti angin (kentut) dan sejenisnya. khususnya kebencian untuk hal-hal yang tidak ada fisiknya yang tidak sah menurut hukum Syariat, seperti darah. . . dll.

 

ولعل قائلا يقول : إن هذا التعريف يخرج الوضوء على الوضوء بنية القربة إلى الله ، فإن الوضـوء الثاني لم يزل حدثاً ولم يرفع خبثاً ، مع كونه طهارة ، والجواب : أن الوضوء على الوضوء بنيـة القربى وإن لم يزل حدثاً ، ولكنه يزيل الذنوب الصغائر ، وهي أقذار معنوية ، وقد عرفت أن اللغة تطلق الخبث على الأمور المعنوية ، والفقهاء وإن كانوا يخصون الخبث بالأمـور الحسية .

 
Barangkali ada yang berkata: Pengertian wudhu ini menyimpang dari wudhu dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah, karena wudhu kedua masih najis dan belum menghilangkan kedengkian, dengan menjadikannya suci. Jawabannya, wudhu dilakukan dengan niat mendekat dan walaupun tidak menghilangkan hadas, tetapi dapat menghilangkan dosa-dosa kecil, yang merupakan kotoran yang tidak ada bentuknya, dan mengetahui bahwa bahasanya melepaskan (menghilangkan) pada kedengkian atas perkara yang tidak ada fisiknya, Dan para fuqaha sekalipun mereka membatasi kedengkian pada hal-hal yang berhubungan.

 

ولكنهم يقولون : إن إزالـة الأمور المعنوية يقال لها : طهارة ، فالوضوء على الوضوء طهارة بهذا المعنى ، وههنا إيراد معروف ، وهـو أنه لا معنى لعـد الريح ، أو المباشرة الفاحشة بـدون إنزال مثلا من نواقض الوضوء ، ولا معنى لكـون المني يوجب الغسل .

 
Dan akan tetapi mereka mengatakan : sesungguhnya menghapus perkara yang tidak ada fisiknya, disebut : bersuci, Maka adapun wudhu untuk bersesuci dalam pengertian ini. Berikut adalah hasil yang di ketahui, yaitu tidak ada artinya mengenai angin (kentut), atau secara langsung kejelekan tanpa turun semisalnya dari yang membatalkan wudhu, Dan tidak ada artinya namun untuk keluar air mani diwajibkan mandi.

 

أما الأول : فلأن الريح ونـحـوه ليس بنجاسـة محسة .

 
Adapun yang pertama: karena angin (kentut) dan sejenisnya bukanlah najis yang memiliki wujud .

 

أمـا الثاني : فلأن المني طاهر ، وعلى فرض أنه نجس فلم تكن نجاسته أكثر من نجاسة البول . أو الغائط ، فالمعقـول أن تكون الطهارة منه مقصورة على غسل محله فقط .

 
Adapun yang kedua: Karena mani itu hukumnya suci, dan wajib bahwa untuk najis, maka najisnya tidak lebih banyak dari najisnya air kencing. atau buang air besar, maka wajar jika mensucikannya hanya sebatas membasuh tempatnya saja.

 

الجواب : أن قـائـل هـذا الكلام غـافل عن معنى العبـادة ، وغـافل عن معنى أمـارات العبادة ، لأن الغرض من العبـادة إنمـا هـو الخضـوع بـالقلب والجـوارح الله عز وجل على الوجه الذي يرسمه هو ، فلا يصح لأحد أن يخرج عن الحد الذي يحـده الله لعبادته ، ولا مصلحة للمخلوق في مناقشة أمارات العبـادة ورسومهـا إلا بمقدار مـا يمسه من نصب وإعيـاء ، فإن لـه الحق في طلب تكليفـه بما يـطيق ، أما مـا عدا ذلـك من كيفيات ورسـوم فإنهـا يجب أن تناط بـالمعبود وحده ، وهذه مسألة واضحة لا خفاء فيها ، حتى فيما جرت به العـادة من تعظيم الناس بعضهم بعضاً ، فإن الملوك لا يسألـون عن سبب الرسـوم التي يقابلون بهـا الناس ، مـا دامت غيـر شـاقـة .

 
Jawaban: Orang yang mengatakan ini tidak mengetahui arti ibadah, dan dia tidak mengetahui arti perintah ibadah, karena tujuan ibadah hanyalah penyerahan hati dan anggota badan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara yang digambarkan, maka tidaklah tepat untuk siapapun melenceng dari batasan yang telah Allah tetapkan untuk ibadahnya, dan tidak ada minat bagi makhluk didalam membahas tanda-tanda dan kewajiban-kewajiban ibadah kecuali sebatas kesulitan dan lelah yang melandanya, maka ia berhak didalam mencari tugas yang sesuai kemampuannya, adapun syarat-syarat dan harga lainnya harus percaya kepada tuhan saja, dan ini adalah masalah yang jelas dan tidak salah, bahkan saat Itu sudah menjadi kebiasaan orang-orang yang saling menghormati satu sama lain, maka raja-raja tidak menanyakan tentang alasan harga dengan siapa orang bertemu, asalkan tidak memberatkan.

 

فمتى قـال الشارع : لا تصلوا وأنتم محدثون حدثاً أصغـر أو أكبر ، فإنه يجب علينا أن نمتثـل بدون أن نقـول له : لماذا ؟ وإلا فيصح أن نقـول له : لماذا نصلي ؟ إذ لا فرق ، فإن كلا منهما عبادة له ، جعلها أمـارة من أمارات الخضوع إنما الذي يصح أن نقوله : وإذا لم نقدر على الوضـوء أو الغسـل أو الصلاة ، فماذا نفعل ؟ .

 
Maka kapan syariat disebutkan : Tidak diperbolehkan sholat seseorang yang sedang berhadas, baik hadas kecil maupun hadas besar. Maka bahwa wajib bagi kita agar mematuhinya tanpa mengatakan : Mengapa? dan kecuali, kita benar untuk mengatakan kepadanya: Mengapa kita sholat? ketika tidak ada perbedaan, karena keduanya beribadah, Dia menjadikannya salah satu tanda penyerahan diri, tetapi apa yang benar untuk dikatakan: Dan ketika tidak mampu berwudhu, mandi atau shalat. Jadi apa yang harus dilakukan?.

 

ولذا شرع لنا التيمم . والصلاة من قعود واضطجاع ونحو ذلك ممـا نقدر عليـه ، فالـذي من حقنا هـو الذي نسأل عنه ونناقش فيه ، والـذي يختص بالإلـه وحده نؤديـه بـدون منـاقشـة ، وهـذا بخلاف المعاملات . أو الأحوال الشخصية ، فإنها متعلقة بحياتنا ، فلنا الحق أن نعرف حكمة كل قضية ونناقش في كل جزئية .

 
Dan oleh karena itu ditetapkan tayamum bagi kita. Dan sholat keadaan duduk dan berbaring dan hal-hal lain yang kita mampu. Maka adalah hak kami untuk bertanya dan mendiskusikannya.

 

هذا هو الـرأي المعقول ، على أن بعض المفكرين من علماء المسلمين قـال : إن كل قضيـة من قضايا الشريعة لها حكمة معقولة وسـر واضح ، عـرفه من عـرفه وخفي على من خفي عليـه ، لا فرق في ذلك بين العبادات والمعاملات .

وقد أجاب عن الأول بأن الريح مستقذر حساً بدون نزاع ، وهو وإن لم يكن مرئياً بحاسة البصـر فهو مدرك بحاسة الشم ، وهو قبل أن يخرج مر على النجاسة الحسية .

على أن الذي يقـول : إن الريح لا ينقض وإن البول أو الغائط بوجبان غسل محلهما فقط .

يلزمه أن يقول : إن الإنسان لا يلزمه أن يتوضأ في حياته إلا مرة واحدة ، فإن النوم ليس بنجاسة ، والريح ليس بنجاسة ، والبول والغائط نجـاسة محليـة فقط ، ولا يخفى أن هذا الكلام فاسد لا قيمة له ، لأن الواقع أن الله قد شرع الوضوء لمنافع كثيـرة : منها ما هو محسّ مشاهد من تنظيف الأعضاء الظاهرة المعرضة للأقذار خصوصاً الفم والأنف .

ومنهـا ما هـو معنوي : وهر الامتثال والخضوع لله عز وجل فيشعـر المرء بعـظمة خـالقه دائماً ، فينتهي عن ا والمنكر ، وذلك خير له في الدنيا والآخرة ، فإذا كان الوضوء لا ينتقض فقد ضـاعت مشروعيتـه وضاعت الفحشاء فائدته .

Minggu, 10 Oktober 2021

Hal Yang merusak Islam Seseorang

 

نواقض الإسلام

 

الحمد لله، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه.

Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi yang setelahnya tidak ada nabi lagi, dan atas keluarga dan para sahabatnya, dan orang-orang yang mendapat petunjuk dari hidayahnya.

 

ذكر العلماء رحمهم الله في باب حكم المرتد أن المسلم قد يرتد عن دينه بأنواع كثيرة من النواقض التي تحل دمه وماله ويكون بها خارجاً من الإسلام، ومن أخطرها وأكثرها وقوعا عشرة نواقض ذكرها الشيخ الإمام محمد بن عبدالوهاب وغيره من أهل العلم رحمهم الله جميعا

Para ulama Rahimahullah, menyebutkan dalam bab tentang hukum murtad bahwa seorang Muslim dapat dimurtadkan dari agamanya dengan banyak jenis rusaknya yang menghalalkan darah dan hartanya dan dia telah keluar dari Islam, dan di antara yang paling berbahaya dan kebanyakan dari mereka adalah sepuluh yang merusak yang disebutkan oleh Syekh Imam Muhammad bin Abd al-Wahhab dan ulama lainnya, semoga Allah merahmati mereka semua.

 

أما بعد: فاعلم أيها المسلم أن الله سبحانه أوجب على جميع العباد الدخول في الإسلام، والتمسك به والحذر مما يخالفه، وبعث نبيه محمداً ﷺ للدعوة إلى ذلك، وأخبر عز وجل أن من اتبعه فقد اهتدى، ومن أعرض عنه فقد ضل، وحذر في آيات كثيرات من أسباب الردة، وسائر أنواع الشرك والكفر، وذكر العلماء رحمهم الله في باب حكم المرتد أن المسلم قد يرتد عن دينه بأنواع كثيرة من النواقض التي تحل دمه وماله ويكون بها خارجاً من الإسلام، ومن أخطرها وأكثرها وقوعا عشرة نواقض ذكرها الشيخ الإمام محمد بن عبدالوهاب وغيره من أهل العلم رحمهم الله جميعا، ونذكرها لك فيما يلي على سبيل الإيجاز لتحذرها وتحذر منها غيرك، رجاء السلامة والعافية منها، مع توضيحات قليلة نذكرها بعدها.

Adapun yang berikut: Ketahuilah wahai para Muslimin, bahwa Allah yang Maha Suci, memerintahkan semua hambanya untuk masuk ke dalam Islam, mematuhinya dan waspada terhadap apa yang bertentangan dengannya, dan Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk mengajak pada demikian itu, dan Allah Yang Mahakuasa mengabarkan bahwa siapa pun yang mengikutinya maka sungguh telah diberi petunjuk, dan siapapun yang berpaling darinya maka sungguh telah tersesat, dan memperingatkan dalam banyak ayat di antara penyebab kemurtadan, dan semua jenis kemusyrikan dan kekufuran, dan Para ulama Rahimahullah, menyebutkan dalam bab tentang hukum murtad bahwa seorang Muslim dapat murtad dari agamanya dengan banyak jenis pembatalan yang membuat darah dan hartanya dihalalkan dan dia keluar dari Islam, dan di antara yang paling berbahaya dan paling umum adalah sepuluh penghapus yang disebutkan oleh Syekh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dan ulama lainnya "Semoga Allah Memberi Rahmat kepada mereka semua, Dan Kami akan menyebutkannya kepada kamu di bawah ini secara singkat sehingga kamu dapat mengambil peringatan dan memperingatkan orang lain tentangnya, Semoga beri keselamatan dan kesejahteraan darinya, dengan beberapa penjelasan yang akan disebutkan kemudian.

 

الأول: من النواقض العشرة: الشرك في عبادة الله، قال الله تعالى: إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ [النساء:٤٨] وقال تعالى: إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ [المائدة:٧٢] ومن ذلك دعاء الأموات والاستغاثة بهم والنذر والذبح لهم.

Yang pertama dari sepuluh pembatal: syirik dalam beribadah kepada Allah, Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukannya (syirik), dan Dia mengampuni (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Allah kehendaki [An Nisa: 48] dan Allah Yang Mahakuasa berfirman: Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan Allah (syirik), maka sungguh Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah di neraka. dan tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun [Al-Ma'idah: 72] Dan ini termasuk doa untuk orang mati, Dan doa meminta pertolongan Allah untuk mereka, dan bersumpah dan menyembelih mereka.

 

الثاني: من جعل بينه وبين الله وسائط يدعوهم ويسألهم الشفاعة ويتوكل عليهم فقد كفر إجماعا.

Kedua: Barang siapa yang menjadikan perantara antara dia dan Allah untuk berdo'a, memintakan pertolongan, dan percaya pada perantara tersebut dapat mengabulkan, maka dia telah melakukan kekufuran dengan Ijma' (Kesepakatan para ulama).

 

الثالث: من لم يكفر المشركين أو شك في كفرهم أو صحح مذهبهم كفر.

Ketiga: Barangsiapa tidak menyatakan kafir pada orang-orang musyrik, atau meragukan kekufuran mereka, atau menganggap baik ajaran mereka, maka hukumnya adalah kafir.

 

الرابع: من اعتقد أن هدي غير النبي ﷺ أكمل من هديه، أو أن حكم غيره أحسن من حكمه، كالذين يفضلون حكم الطواغيت على حكمه، فهو كافر.

Keempat: Barang siapa yang meyakini bahwa petunjuk selain Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuknya, atau bahwa hukumnya orang lain lebih baik dari hukumnya Nabi, seperti orang-orang yang lebih menyukai hukumnya Thagut atas kekuasaannya, maka dia kafir.

 

الخامس: من أبغض شيئاً مما جاء به الرسول ﷺ ولو عمل به فقد كفر؛ لقوله تعالى: ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ [محمد:٩]

Kelima: Barang siapa membenci sesuatu yang dibawa oleh Rasul SAW, dan jika dia bertindak sesuai dengan itu, dia telah melakukan kekufuran. Karena Allah Yang Maha Luhur berfirman: demikian itu karena mereka membenci apa yang diturunkan Allah (Al-Qur'an), maka Allah menghapus segala amal mereka. (Muhammad: 9).

 

السادس: من استهزأ بشيء من دين الرسول ﷺ أو ثوابه أو عقابه كفر، والدليل قوله تعالى: قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونََ ۝ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ [التوبة:٦٥، ٦٦]

Keenam: Barang siapa yang menghina agama Rasul SAW, pahala atau hukumnya, adalah kafir, dan berikut dalil firman Allah Yang Maha luhur: Katakanlah, “Adakah kepada Allah, dan ayat-ayatnya serta Rasulnya kalian melakukan penghinaan? ”, "Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman“. (At Taubah:65,66).

 

السابع: السحر ومنه الصرف والعطف، فمن فعله أو رضي به كفر، والدليل قوله تعالى: وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ [البقرة:١٠٢]

Ketujuh: Sihir dan termasuk yang serupa dan buntelan (teluh), maka siapa pun yang melakukannya atau menyukainya adalah kafir, dan berdasarkan dalil firman Allah Yang Maha Luhur: Dan mereka keduanya tidak mengajari siapapun sampai mereka mengatakan: bahwa kami adalah cobaan, maka jangan kafir] [Al-Baqarah: 102]

 

الثامن: مظاهرة المشركين ومعاونتهم على المسلمين، والدليل قوله تعالى: وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمََ الظَّالِمِينَ [المائدة:٥١]

Kedelapan: Mendukung orang-orang musyrik dan membantu mereka melawan kaum Muslimin, dan berdasarkan dalil firman Allah Yang Maha Luhur: Barang siapa di anta­ra kalian mengambil mereka (musyrik) menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka, Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim [Al- Maidah : 51].

 

التاسع: من اعتقد أن بعض الناس يسعه الخروج عن شريعة محمد ﷺ فهو كافر. لقوله تعالى: وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ [آل عمران:٨٥]

Kesembilan: Siapa pun yang berkeyakinan bahwa beberapa orang dapat menyimpang dari Syariatnya Nabi Muhammad SAW, adalah kafir. Karena Allah yang Maha Luhur berfirman: Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya (agama itu), dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi [Al Imran : 58].

 

العاشر: الإعراض عن دين الله لا يتعلمه ولا يعمل به، والدليل قوله تعالى: وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ [السجدة:٢٢].

Kesepuluh: Berpaling dari agama Allah dengan tidak mempelajarinya atau mengamalkannya, dan berdasarkan firman Allah yang Maha Luhur: Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. [As Sajdah : 22].

 

ولا فرق في جميع هذه النواقض بين الهازل والجاد والخائف، إلا المكره، وكلها من أعظم ما يكون خطراً، وأكثر ما يكون وقوعاً، فينبغي للمسلم أن يحذرها، ويخاف منها على نفسه، نعوذ بالله من موجبات غضبه وأليم عقابه، وصلى الله على خير خلقه محمد وعلى آله وصحبه وسلم، انتهى كلامه رحمه الله.

Tidak ada perbedaan dalam semua pembatalan ini antara bercanda, serius dan takut, kecuali pemaksaan, dan semuanya adalah bahaya terbesar, dan paling sering terjadi. Seorang Muslim harus waspada terhadapnya, dan takut hal tersebut terjadi pada dirinya sendiri. Kami berlindung kepada Allah dari penyebab murka dan siksanya yang pedih, dan sholawat atas makhluk terbaiknya, Nabi Muhammad. dan keselamatan atas keluarga dan sahabatnya, kata-kata terakhir, semoga Allah memberi rahmat kepadanya.

 

ويدخل في القسم الرابع: من اعتقد أن الأنظمة والقوانين التي يسنها الناس أفضل من شريعة الإسلام أو أنها مساوية لها، أو أنه يجوز التحاكم إليها، ولو اعتقد أن الحكم بالشريعة أفضل أو أن نظام الإسلام لا يصلح تطبيقه في القرن العشرين، أو أنه كان سبباً في تخلف المسلمين، أو أنه يحصر في علاقة المرء بربه دون أن يتدخل في شئون الحياة الأخرى.

Dan hal itu masuk dalam bagian keempat: Barang siapa yang meyakini bahwa sistem dan hukum yang dibuat orang lebih baik dari syariat Islam atau setara dengannya, atau diperbolehkan untuk merujuk padanya, Dan jika dia meyakini bahwa aturan dengan Syariat lebih baik atau bahwa sistem Islam tidak cocok untuk diterapkan pada abad kedua puluh, atau bahwa itu adalah penyebab keterbelakangan umat Islam, atau bahwa itu terbatas pada hubungan seseorang dengan Tuhannya tanpa mencampuri urusan kehidupan lainnya.

 

ويدخل في الرابع أيضاً: من يرى أن إنفاذ حكم الله في قطع يد السارق، أو رجم الزاني المحصن لا يناسب العصر الحاضر، ويدخل في ذلك أيضاً كل من اعتقد أنه يجوز الحكم بغير شريعة الله في المعاملات أو الحدود أو غيرهما، وإن لم يعتقد أن ذلك أفضل من حكم الشريعة؛ لأنه بذلك يكون قد استباح ما حرمه الله إجماعاً، وكل من استباح ما حرم الله مما هو معلوم من الدين بالضرورة، كالزنا والخمر والربا والحكم بغير شريعة الله فهو كافر بإجماع المسلمين.

Dan juga termasuk dalam yang keempat: barang siapa yang menganggap bahwa penegakan hukum Allah dengan memotong tangan pencuri, atau merajam pezina yang sudah menikah tidak sesuai untuk zaman sekarang, dan juga termasuk setiap orang yang yakin bahwa boleh memerintah dengan selain hukum Allah dalam transaksi atau batasan atau lainnya, meskipun dia tidak yakin bahwa itu lebih baik dari aturan Syariat; Karena dengan berbuat demikian, dia akan menghalalkan apa yang diharamkan Allah dengan suara terbanyak, dan setiap orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah dari hal-hal yang diketahui dengan kebutuhan, seperti zina, miras, riba, dan memerintah dengan selain hukum Allah adalah kafir menurut Ijma’ kaum muslimin.

 

ونسأل الله أن يوفقنا جميعا لما يرضيه وأن يهدينا وجميع المسلمين صراطه المستقيم إنه سميع قريب، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وآله وصحبه.

Kami memohon kepada Allah untuk membimbing kita semua untuk apa yang di Ridhainya dan untuk membimbing kita dan semua Muslim ke jalan lurusnya, karena Dia Mendengar dan dekat, dan Sholawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.


 

  1. نشر هذا الموضوع في مجلة البحوث الإسلامية بالرياض العدد السابع الصادر في الأشهر (رجب وشعبان ورمضان وشوال عام 1403هـ)، (مجموع فتاوى ومقالات الشيخ ابن باز 1/ 130).

Senin, 30 Agustus 2021

Kitab Tauhid - 05 (Mulakhos Syarah kitabu Tauhid)

 الملخص في شرح كتاب التوحيد

لفضيلة الشيخ الدكـتور صلح بن فوزان بن عبد الله الفوزان


كتاب التوحيد


وقوله: {قُلْ تَعَالَوْاْ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا} الآيات [الأنعام : ١٥١، ١٥٣] .


Allah berfirman : "Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan oleh Tuhan kalian. Bahwa janganlah mempersekutukannya dengan sesuatu apa pun" [Al-An'am : 151,153].

 تعالوا: هلمّوا وأقبلوا.

 
"تعالوا" : artinya kemarilah dan menghadaplah.

أتل: أقصص عليكم وأُخبركم.

 
"أتل" : Artinya menceritakan pada kalian dan mengabari pada kalian.

حرّم: الحرام الممنوع منه، وهو ما يُعاقب فاعله ويثاب تاركه.

 
"حرّم" : Artinya mengharamkan pada yang dilarang, yaitu hukuman bagi yang mengerjakannya dan yang meninggalkannya diberi pahala.
 

الآيات: أي إلى آخر الآيات الثلاث من سورة الأنعام. من قوله: {قُلْ تَعَالَوْا} إلى قوله في ختام الآية الثالثة: {ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}.


"الآيات" : Yaitu sampai tiga ayat terakhir Surat Al-An'am. Dari firman Allah : "Katakanlah (Muhammad), Marilah aku bacakan" sampai di akhir ayat ketiga : :Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa".

المعنى الإجمالي للآية: يأمر الله نبيه أن يقول لهؤلاء المشركين الذين عبدوا غير الله، وحرّموا ما رزقهم الله، وقتلوا أولادهم تقرُّباً للأصنام، فعلوا ذلك بآرائهم وتسويل الشيطان لهم: هلمّوا أقصّ عليكم ما حرّم خالقكم ومالككم تحريماً حقاً لا تخرّصاً وظناً، بل بوحي منه، وأمرٍ من عنده، وذلك فيما وصاكم به في هذه الوصايا العشر، التي هي:

 
Makna keseluruhan dari ayat tersebut : Allah memerintahkan Nabinya agar mengatakan kepada orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah, dan mengharamkan apa-apa yang Allah berikan bagi mereka, dan mereka membunuh anak-anaknya untuk mendekatkan diri pada berhala, Mereka melakukan itu dengan pendapat mereka sendiri dan permintaan Setan dari mereka : Ayo, akun aku ceritakan kepadamu apa yang benar-benar dilarang oleh Pencipta dan Pemilikmu yang benar-benar mengharamkan, tanpa keraguan atau dugaan (persangkaan), bahkan dengan wahyu darinya,  dan perintah darinya, dan itulah yang Dia perintahkan kepadamu dalam Sepuluh Perintah ini, yaitu : 

أولاً: وصاكم ألا تشركوا به شيئاً، وهذا نهيٌ عن الشرك عموماً، فشمل كل مشرك به من أنواع المعبودات من دون الله، وكل مشرك فيه من أنواع العبادة.


Pertama : Memerintahkan kalian untuk tidak mempersekutukan dengannya sesuatupun, dan ini adalah larangan kemusyrikan secara umum, karena mencakup semua jenis penyembah berhala selain Allah, dan setiap perbuatan musyrik adalah bentuk ibadah.

ثانياً: ووصاكم أن تحسنوا بالوالدين إحساناً، ببرهما وحفظهما وصيانتهما وطاعتهما في غير معصية الله، وترك الترفّع عليهما.

 
Kedua : Memerintahkan kalian untuk memperlakukan orang tua Anda dengan baik, dengan menghormati mereka, menjaga mereka, melindungi mereka dan menaati mereka dengan cara selain dari kemaksiatan kepada Allah, dan tidak mendurhakai mereka.

ثالثاً: وصاكم أن لا تقتلوا أولادكم من إملاق، أي لا تئدوا بناتكم، ولا تقتلوا أبناءكم خشية الفقر، فإن رازقكم ورازقهم، فلستم ترزقونهم، بل ولا ترزقون أنفسكم .

 
Ketiga : Memerintahkan kalian untuk tidak membunuh anak-anak kalian karena kemiskinan, yaitu, jangan mengubur hidup-hidup anak perempuan kalian, dan jangan membunuh anak laki-laki Anda karena takut miskin, maka sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada kalian juga Allah memberi rezeki kepada mereka, maka tidak ada kalian yang memberi rezeki kepada mereka, dan bahkan kalian juga tidak mendatangkan rezeki untuk dirimu sendiri .

رابعاً: ووصاكم أن لا تقربوا الفواحش ما ظهر منها وما بطن، أي المعاصي الظاهرة والخفية .

 
Keempat : Memerintahkan kalian untuk tidak mendekati perbuatan maksiat baik yang tampak maupun yang samar, yaitu dosa yang tampak dan yang samar.

خامساً: ووصاكم أن لا تقتلوا النفس التي حرم الله قتلها، وهي النفس المؤمنة والمعاهدة إلا بالحق، الذي يبيح قتلها من قصاص أو زناً بعد إحصان أو ردة بعد إسلام .

 
Kelima : Memerintahkan kalian untuk tidak membunuh pada diri yang Allah telah mengharamkan untuk membunuhnya, yaitu diri yang beriman dan terjaga kecuali dengan hak, yang membolehkan membunuhannya dengan pembalasan (hukum Qishos) atau perzinahan setelah menikah atau kemurtadan setelah Islam.
 

سادساً: ووصاكم أن لا تقربوا مال اليتيم – وهو الطفل الذي مات أبوه - إلا بالتي هي أحسن من تصريفه بما يحفظه، وينَمِّيه له حتى تدفعوه إليه حين يبلغ أشدّه، أي: الرشد وزوال السّفَه مع البلوغ .

 
Keenam : Memerintahkan kalian untuk tidak mendekati pada hartanya anak yatim - anak yang ayahnya meninggal - kecuali dengan cara yang lebih baik daripada membelanjakannya dengan cara menjaganya,  dan mengembangkannya untuknya sampai kalian memberikan kepadanya ketika dia mencapai dewasa. yaitu: dewasa dan berhentinya kebodohan sampai baligh.
 

سابعاً: {وَأَوْفُواْ الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لاَ نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا} أي: أقيموا العدل في الأخذ والإعطاء حسب استطاعتكم .

 
Ketujuh : {Dan sempurna­kanlah takaran dan timbangan dengan adil. tidak memaksakan beban kepada seseorang, melainkan sekadar kesanggupannya} Yaitu: menegakkan keadilan dalam mengambil dan memberi sesuai dengan kesanggupanmu..
 

ثامناً: {وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُواْ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى} .

 
Kedelapan : {Dan apabila kalian berkata, maka hendaklah kalian berlaku adil bahkan jika itu adalah kerabat (kalian)}.
 

أمر بالعدل في القول على القريب والبعيد بعد الأمر بالعدل في الفعل .

 
Allah memerintahkan keadilan dalam mengatakan atas dekat dan jauh setelah memerintahkan keadilan dalam perbuatan.
 
 

تاسعاً: {وَبِعَهْدِ اللهِ} أي: وصيته التي وصاكم بها {أَوْفُواْ} ، أي انقادوا لذلك بأن تطيعوه فيما أمر به ونهى عنه، وتعملوا بكتابه وسنة نبيه .

 
Kesembilan : “Dan penuhilah janji Allah” yaitu: perintahnya yang dia perintahkan kepadamu (menetapilah), yaitu, tunduk padanya dengan mematuhi apa yang dia perintahkan dan larangan, dan Dan mengerjakan sesuai dengan kitabnya dan sunnah Nabinya.
 

عاشراً: {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ} .

 
Kesepuluh : {Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalannya}.
 

أي: الذي أوصيتكم به في هاتين الآيتين من ترك المنهيات، وأعظمها الشرك. وفعل الواجبات، وأعظمها التوحيد، هو الصراط المستقيم .

 
Maksudnya : Apa yang aku perintahkan kepada kalian dalam dua ayat ini adalah meninggalkan larangan, yang terbesar di antaranya adalah kemusyrikan, Dan menjalankan kewajiban, yang terbesar adalah tauhid, yang adalah jalan yang lurus.
 

{فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ} البدع والشبهات .

 
{dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain)} bid'ah dan keraguan.
 
 

{فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ} . تميل وتشتت بكم عن دينه .

 
{karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalannya} memalingkan dan mengalihkan kamu dari agamanya.
.
 

مناسبة الآيات للباب: أن الله – سبحانه ذكر فيها جُمَلاً من المحرّمات ابتدأها بالنهي عن الشرك، والنهي عنه يستدعي الأمر بالتوحيد بالاقتضاء، فدل ذلك على أن التوحيد أوجب الواجبات، وأن الشرك أعظمُ المحرمات .

Hubungan ayat ini dengan bab: bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala - menyebutkan di dalamnya kalimat-kalimat yang diharamkan, dimulai dengan larangan kemusyrikan, dan larangannya menyerukan perintah tauhid dengan keharusan, maka itu menunjukkan bahwa tauhid adalah kewajiban yang paling penting, dan bahwa musyrik adalah keharoman terbesar .
 

ما يستفاد من الآيات: .


Apa-apa yang manfaat dari ayat :

١- أن الشرك أعظم المحرمات، وأن التوحيد أوجب الواجبات.

1- Syirik adalah larangan terbesar, dan tauhid adalah kewajiban yang paling penting.

٢- عظم حق الوالدين.

2- Lebih besarnya hak kedua orang tua.


٣- تحريم قتل النفس بغير حق، لا سيما إذا كان المقتول من ذوي القربى.

 
3- Larangan membunuh seseorang secara tidak sah, terutama jika korbannya adalah kerabat.

 

٤- تحريم أكل مال اليتيم، ومشروعية العمل على إصلاحه.

 
4- Larangan memakan harta anak yatim, dan disyariatkannya bekerja untuk memperbaikinya. 
 

٥- وجوب العدل في الأقوال والأفعال على القريب والبعيد.

 
5- Wajibnya berlaku adil dalam perkataan dan perbuatan, baik untuk kerabat maupun orang lain.
 

٦- وجوب الوفاء بالعهد.

6- Kewajiban untuk memenuhi perjanjian. 
 

٧- وجوب اتباع دين الإسلام وترك ما عداه.

 
7- Kewajiban untuk mengikuti agama Islam dan meninggalkan segala sesuatu yang lain.

 

٨- أن التحليل والتحريم حقٌّ لله.

 
8- Menghalalkan dan mengharamkan adalah hak Allah.


Senin, 23 Agustus 2021

Bab 5 - Syarah Masail Jahiliyah

شرح مسائل الجاهلية

لفضيلة الشيخ الدكـتور صلح بن فوزان بن عبد الله الفوزان

 

الاحتجاج بما عليه الأكثرون دون نظر إلى مستنده

Berdalil Dengan Pendapat Mayoritas Tanpa Melihat Sumbernya

 

المسألة الخامسة

Masalah Ke Lima

 

[إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ قَوَاعِدِهِم: الاغتِرَارَ بِالأَكْثَرِ، وَيَحْتَجُّونَ بِهِ عَلَى صِحَّةِ الشَّيْءِ، وَيَسْتَدِلُّونَ عَلَى بُطْلاَنِ الشَّيءِ بغُرْبَتِهِ وَقِلَّةِ أَهْلِهِ، فَأَتَاهُمْ بِضِدِّ ذَلِكَ، وَأَوْضَحَهُ فِي غَيْرِ مَوْضِعِ مِنَ القُرْآَنِ] .

 
Sesungguhnya diantara prinsip kaum Jahiliyah yang paling besar adalah tertipu dengan pendapat mayoritas dan berdalil dengannya dalam menilai kebenaran sesuatu, dan berdalil atas kebatilan sesuatu dengan dalih keterasingan dan minoritas pelakunya. Maka Rasulullah datang dengan hal yang sebaliknya dan menjelaskannya dalam banyak ayat-ayat al-Qur'an.

 

 

الشــرح

Penjelasan


من مسائل الجاهلية: أنهم يستدلون بالأكثرين على الحق، ويستدلون بالأقلين على غير الحق، فما كان عليه الأكثر عندهم فهو الحق، وما كان عليه الأقل فهو غير حق، هذا هو الميزان عندهم في معرفة الحق من الباطل. وهذا خطأ؛ لأن الله جل وعلا يقول: {وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ} [الأنعام : ١١٦] ، ويقول سبحانه وتعالى: {وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَْ} [لأعراف : ١٨٧] ، ويقول سبحانه وتعالى: {وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِمْ مِنْ عَهْدٍ وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ} [الأعراف : ١٠٢] ، إلى غير ذلك. فالميزان ليس هو الكثرة والقلة؛ بل الميزان هو الحق، فمن كان على الحق –وإن كان واحداً- فإنه هو المصيب، وهو الذي يجب الاقتداء به، وإذا كانت الكثرة على باطل فإنه يجب رفضها وعدم الاغترار بها، فالعبرة بالحق، ولذلك يقول العلماء: الحق لا يعرف بالرجال، وإنما يعرف الرجال بالحق. فمن كان على الحق فهو الذي يجب الاقتداء به.


Diantara masalah Jahiliyah bahwa mereka berdalil dengan pendapat terbanyak dalam menilai kebenaran, dan berdalil dengan pendapat terdikit dalam menilai kebatilan. Maka apa yang menjadi pendapat terbanyak maka itulah yang benar, dan apa yang dipegang minoritas (terdikit) maka itulah yang batil. Adapun ini adalah cara mereka membedakan untuk mengetahui kebenaran dari kebatilan, Dan pemikiran ini salah, karena Allah SWT berfirman : "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)". (QS. al-An'am : 116 ). Dan Allah SWT berfirman : "Dan akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ( berilmu )" ( QS. al-A'raf : 187 ). Allah juga berfirman : "Dan Kami tidak menjumpai pada kebanyakan mereka memenuhi janji. Dan sesungguhnya Kami menjumpai kebanyakan mereka orang-orang yang fasik" (QS. al-A'raf : 102 ). Dan dalil-dalil yang lainnya. Maka tolok ukur bukanlah pada mayoritas (terbanyak) dan minoritas (terdikit). Bahkan tolok ukur berdasarkan pada kebenaran, Maka siapa pun yang berada atas kebenaran - walaupun hanya ada satu orang (sendiri) - maka dia adalah orang yang benar, Dan dialah yang harus ditiru, dan jika mayoritas (terbanyak) ada pada kebatilan maka itu harus ditolak dan tidak tertipu, karena standarnya adalah kebenaran. Oleh karena itu ulama berkata : " Kebenaran tidak dilihat oleh seseorang, akan tetapi orang itu lah yang di ukur oleh kebenaran". Maka barangsiapa berada dalam kebenaran maka dia yang wajib diikuti.

والله جل وعلا – فيما قص عن الأمم – أخبر أن القلة قد يكونون على الحق، كما قال تعالى: {وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ} [هود : ٤٠] وفي الحديث –الذي عرضت فيه الأمم على النبي صلى الله عليه وسلم رأى النبي ومعه الرهط، والنبي ومعه الرجل، والرجلان، والنبي وليس معه أحد. فليست العبرة بكثرة الأتباع على المذهب أو على القول، وإنما العبرة بكونه حقاً أو باطلاً، فما كان حقاً –وإن كان عليه أقل الناس، أو لو لم يكن عليه أحد، ما دام أنه حق –يُتمسك به فإنه هو النجاة. والباطل لا يؤيده كثرة الناس أبداً، هذا ميزان يجب أن يتخذه المسلم دائماً معه.


Allah SWT berfirman berkaitan dengan kisah sebagian umat bahwa minoritas bisa jadi berada di atas kebenaran. Sebagaimana firman Allah : " Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit ". (QS. Hud : 40 ). Dalam sebuah hadits yang di dalamnya diceritakan bahwa telah diperlihatkan kepadanya umat-umat, beliau melihat nabi bersama pengikutnya yang banyak, ada juga Nabi yang pengikutnya hanya satu orang dan dua orang, dan ada pula nabi yang tidak mempunyai pengikut satupun. Maka, tolok ukur bukanlah pada pengikut yang banyak pada sebuah madzhab atau pendapat, dan akan tetapi tolok ukurnya ialah benar atau salah. Maka jika sebuah pendapat benar meskipun orangnya sedikit, atau tidak ada seorangpun di sana, maka selama itu benar ia harus pertahankan maka itulah keselamatan. Adapun kebatilan selamanya tidak bisa diperkuat oleh banyaknya manusia. Inilah tolak ukur yang harus selalu dipegang seorang muslim.


والنبي صلى الله عليه وسلم يقول: "بدأ الإسلام غريباً وسيعود غريباً كما بدأ" وذلك حين يكثر الشر والفتن والضلال، فلا يبقى على الحق إلا غرباء من الناس ونزاع من القبائل، يصبحون غرباء في المجتمع البشري، والرسول صلى الله عليه وسلم بعث والعالم كله يموج في الكفر والضلال، ودعا الناس، فاستجاب له الرجل والرجلان، إلى أن تكاثروا. وكانت قريش –وكانت الجزيرة كلها، وكان العالم كله – على الضلال. والرسول صلى الله عليه وسلم وحده يدعو الناس، والذين اتبعوه قليل بالنسبة للعالم.


Rasulullah SAW bersabda : " Islam mulai dengan kondisi asing dan akan kembali asing seperti semula ". Demikian itu ketika sudah banyak keburukan, fitnah dan kesesatan. Maka tidak ada lagi yang berdiri di atas kebenaran selain orang-orang yang terasing dan para pendebat dari setiap golongan. Mereka terasing di masyarakat sosial. Dan Rasulullah SAW diutus ketika alam dalam gelombang kekufuran dan kesesatan, dan beliau mengajak manusia, lalu ada yang menyambutnya satu dua orang hingga bertambah banyak. Saat itu kaum Quraisy, semenanjung Arab semuanya, dan seluruh penjuru dunia semuanya berada dalam kesesatan. Dan Rasulullah SAW mendakwahi manusia hanya sendirian dan yang mengikutinya hanya sedikit dibanding dengan penduduk dunia.

 

فالعبرة ليست بالكثرة، العبرة بالصواب وإصابة الحق. نعم، إذا كانت الكثرة على صواب فهذا طيب، ولكن سنة الله جل وعلا أن الكثرة تكون على الباطل {وما أكثر الناس ولو حرصت بمؤمنين} [يوسف : ١٠٣] {وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ} [الأنعام : ١١٦] .


Maka tolok ukur bukanlah dengan jumlah yang banyak, akan tetapi sesuai dengan kebenaran. Iya, ketika jumlah yang banyak berada dalam kebenaran maka ini baik, akan tetapi sunnatullah bahwa kebanyakan manusia di atas kebatilan. " Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya ". ( QS. Yusuf : 103 ). " Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. ". (QS. al-An'am : 116 ).

Jumat, 20 Agustus 2021

Kitab Tauhid - 04 (Mulakhos Syarah kitabu Tauhid)

 الملخص في شرح كتاب التوحيد

لفضيلة الشيخ الدكـتور صلح بن فوزان بن عبد الله الفوزان


كتاب التوحيد


وقوله: {وَاعْبُدُواْ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا ... } الآية [النساء : ٣٦] .


Dan Allah berfirman : "Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukannya...} [An-Nisa': 36].

 لا تشركوا: اتركوا الشرك، وهو تسوية غير الله بالله فيما هو من خصائص الله.

"لا تشركوا" : maksudnya meninggalkanlah pada kemusyrikan, karena syirik tersebut adalah membuat persamaan tuhan selain Allah dengan Allah didalam apa yang yang menjadi kekhususan Allah..

شيئاً: نكرةٌ في سياق النهي، فتعم الشرك: كبيرَه وصغيره.

"شيئاً" : yaitu Kalimat nakiroh "نكرةٌ" (belum jelas) dalam konteks larangan, maknanya umum mencakup semua jenis kesyirikan, Baik syirik besar maupun syirik kecil.


المعنى الإجمالي للآية: يأمر الله -سبحانه- عباده بعبادته وحده لا شريك له، وينهاهم عن الشرك، ولم يخصّ نوعاً من أنواع العبادة، لا دعاءً ولا صلاةً ولا غيرهما، ليعمّ الأمر جميع أنواع العبادة، ولم يخص نوعاً من أنواع الشرك، ليعم النهي جميع أنواع الشرك.

Makna ayat ini secara global :  Allah SWT telah memerintahkan hambanya untuk beribadah kepadanya semata untuk tidak menyekutukannya, dan melarang mereka dari berbuat syirik, dan tidak mengkhususkan satu jenis dari macam-macam ibadah, tidak berupa do'a, sholat dan tidak pula selain keduanya, karena umumnya perintah untuk semua macam ibadah. Dan tidak pula mengkhususkan satu jenis dari macam-macam syirik, karena umumnya larangan tersebut mengumpulkan macam-macam kesyirikan."

مناسبة الآية للباب: أنها ابتدأت الأمر بالتوحيد والنهي عن الشرك، ففيها تفسير التوحيد بأنه عبادة الله وحده وترك الشرك.


Hubungan ayat ini dengan Bab : Dimulai dengan tauhid dan larangan musyrik, Di dalamnya tafsir tauhid adalah penyembahan kepada Allah semata dan meninggalkan kemusyrikan.

ما يستفاد من الآية:

Apa-apa yang bermanfaat dari ayat :

١- وجوب إفراد الله بالعبادة، لأن الله أمر بذلك أولاً، فهو آكد الواجبات.


1- Kewajiban memurnikan Allah dengan beribadah, karena sesungguhnya Allah memerintahkan itu pertama kali, maka tauhid adalah kewajiban yang paling ditekankan

٢- تحريم الشرك، لأن الله نهى عنه، فهو أشد المحرمات.

2- Diharamkannya syirik, karena Allah melarangnya (pertama kali), maka syirik adalah yang paling sangat keharamannya.


٣- أن اجتناب الشرك شرطٌ في صحة العبادة، لأن الله قرن الأمر بالعبادة بالنهي عن الشرك.

3- Bahwa menjauhi syirik adalah syarat sahnya ibadah, karena Allah menyebutkan perintah ibadah lalu disusul dengan larangan syirik..


٤- أن الشرك حرامٌ قليله وكثيره، كبيره وصغيره، لأن كلمة شيئاً نكرةٌ في سياق النهي، فتعم كل ذلك.

4- Bahwa syirik hukumnya haram baik sedikit maupun banyak, besar maupun kecil, karena kata (شيئاً) ‘sesuatu apa pun’ adalah kata ‘nakirah’ dalam konteks larangan, maka maknanya mencakup segala sesuatu..


٥- أنه لا يجوز أن يشرك مع الله أحدٌ في عبادته، لا ملكٌ ولا نبيٌ ولا صالحٌ من الأولياء ولا صنمٌ؛ لأن كلمة (شيئاً) عامة.

5- Bahwa tidak diperbolehkannya mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Allah, tidak malaikat, nabi, wali maupun patung, karena kata (شيئاً) ‘sesuatu apa pun’ bermakna umum.

Senin, 16 Agustus 2021

Kitab Tauhid - 03 (Mulakhos Syarah kitabu Tauhid)

 الملخص في شرح كتاب التوحيد

لفضيلة الشيخ الدكـتور صلح بن فوزان بن عبد الله الفوزان


كتاب التوحيد


وقوله: {وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا} [الإسراء: ٢٣] الآية .

Dan Allah berfirman : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.
 

 قضى: أمر ووصّى, والمراد بالقضاء هنا القضاء الشرعيّ الدينيّ، لا القضاء القدريّ الكونيّ.

"قضى" : artinya perintah dan berwasiat, dan yang dimaksud dengan "القضاء" di sini adalah perintah secara syariat dan agama, bukan "القضاء" jenis qodar atau takdir.
 

ربك: الرب هو المالك المتصرف، الذي ربى جميع العالمين بنعمته.

"ربك" : artinya Tuhan yang memiliki dan yang mengatur segala hal, yang telah memelihara seluruh alam dengan nikmatnya.
.

ألا تعبدوا إلا إياه: أي أن تعبدوه ولا تعبدوا غيره.

"ألا تعبدوا إلا إياه" : artinya yaitu agar menyembah pada Allah dan jangan menyembah selain Allah.
 

وبالوالدين إحساناً: أي وقضى أن تحسنوا بالوالدين إحساناً، كما قضى أن تعبدوه، ولا تعبدوا غيره.

"وبالوالدين إحساناً" : artinya yaitu, dan Allah memerintahkan agar kamu berbuat baik kepada orang tua, sebagaimana Allah memerintahkan agar kamu menyembahnya, dan jangan menyembah selain Allah. 
.

المعنى الإجمالي للآية: الإخبار أن الله -سبحانه وتعالى- أمر ووصّى على ألسُن رسله أن يُعبد وحده دون ما سواه، وأن يحسن الولد إلى والديه إحساناً بالقول والفعل، ولا يسيء إليهما؛ لأنهما اللذان قاما بتربيته في حال صِغره وضعفه، حتى قوِي واشتد.

Makna ayat ini secara global: Memberitahukan bahwa Allah yang Maha Suci dan Yang Mahakuasa memerintahkan dan berwasiat melalui lisan (ucapan) Rasulnya agar Allah disembah dengan esanya selain makhluk selain Allah, dan agar anak berbuat baik kepada orang tuanya dengan perkataan dan perbuatan, dan jangan berbuat jelek pada kedua orang tua; Karena merekalah yang membesarkannya ketika dia muda dan lemah, hingga dia kuat dan dewasa.
 

مناسبة الآية للباب: أن التوحيد هو آكد الحقوق وأوجب الواجبات؛ لأن الله بدأ به في الآية، ولا يبتدأ إلا بالأهم فالأهم.

Hubungan ayat ini dengan Bab : bahwa tauhid adalah hak yang paling kuat dan kewajiban yang paling penting; Karena sesungguhnya Allah memulainya dengan tauhid di dalam ayat, dan tidak memulai kecuali dengan yang paling utama (penting), kemudian yang paling utama (penting).


 ما يستفاد من الآية:

Apa-apa yang bermanfaat dari ayat :
 

١- أن التوحيد هو أول ما أمر الله به من الواجبات، وهو أول الحقوق الواجبة على العبد.

1- Sesungguhnya tauhid adalah kewajiban pertama yang diperintahkan Allah, dan tauhid adalah hak pertama yang wajib atas hamba.
 

٢- ما في كلمة (لا إله إلا الله) من النفي والإثبات، ففيها دليلٌ على أن التوحيد لا يقوم إلا على النفي والإثبات: (نفي العبادة عما سوى الله وإثباتها لله) ، كما سبق.

2- Apa-apa yang ada didalam kalimat "لا إله إلا الله" mengandung pengertian "من النفي والإثبات", karena mengandung dalil bahwa tauhid hanya didasarkan pada "على النفي والإثبات": (menyangkal penyembahan dari apa-apa selain Allah dan menetapkan ibadah hanya untuk Allah), seperti yang dijelaskan sebelumnya. 
 

٣- عظمة حق الوالدين حيث عطف حقهما على حقه، وجاء في المرتبة الثانية.

3- Betapa besarnya hak kedua orang tua, karena mengembalikan hak mereka pada haknya, dan itu berada di urutan kedua.
 

٤- وجوب الإحسان إلى الوالدين بجميع أنواع الإحسان، لأنه لم يخص نوعاً دون نوع.

4- Wajibnya berbuat baik kepada orang tua dengan segala macam kebaikan, karena sesungguhnya Allah tidak mengkhususkan pada suatu macam selain macam yang lain.
 

٥- تحريم عقوق الوالدين.

5- Keharomannya menyakiti kepada orang tua.